BRI (dan kita semua) sangat berterima kasih kepada Menkominfo Tifatul Sembiring.
Beliaulah yang berada di depan untuk berjuang mendapatkan kembali
kapling satelit itu. Tentu juga mendapat dukungan penuh Bapak Presiden SBY. Perjuangan satelit ini tidak kalah heroiknya dibanding dengan perjuangan mendapatkan Inalum tahun lalu.
Seandainya perjuangan "merebut" kembali kapling satelit ini tidak
sulit, tidak perlu memakan waktu. Pembelian satelit itu pun sudah bisa
dilakukan tahun lalu. Bukan menjelang pilpres begini.
Satelit itu nanti diberi nama BRIsat. Akan diluncurkan dari pulau
kecil Guyana di pesisir Karibia, Amerika Selatan. Satelitnya sendiri
dibuat di AS. Lalu diangkut ke Prancis. Dari Prancis dinaikkan kapal
feri ke Guyana, memakan waktu lebih satu bulan. Tergantung cuaca dan
gelombang laut.
Setelah diluncurkan dari Guyana, hanya dalam waktu 29 menit BRIsat
sudah berada di ketinggian 35.000 km. Dari luar angkasa sana BRIsat bisa
meng-cover wilayan seluruh Indonesia, Asia Tenggara, sampai Australia
Barat.
Lokasi BRIsat adalah orbit terbaik. Di orbit ini mestinya hanya bisa
diisi 360 satelit, karena mereka harus dideretkan di tiap derajat dari
360 derajat keliling bumi. Orbit ini jadi rebutan semua negara.
Saking banyaknya negara yang mengincarnya sampai-sampai kompromi
harus dilakukan. Di lokasi yang mestinya diisi 360 satelit itu kini
sudah diisi lebih dari 900 satelit! Alangkah padatnya. Alangkah
berjejalnya. Betapa penuhnya orbit itu. Satelit dari seluruh dunia.
Itulah sebabnya apa yang dilakukan BRI ini sungguh heroik! Terlambat sedikit lokasi itu bisa jatuh ke negara lain.
Dengan langkah ini pula BRI
bisa menarik pulang ahli-ahli satelit kita yang selama ini bekerja di
luar negeri. Anak-anak bangsa itu dulunya disekolahkan Pak Habibie ke
luar negeri. Lalu tidak pulang karena kondisi ekonomi kita yang
terpuruk.
Salah satu di antara mereka adalah Dr Ir Meiditomo Sutyarjoko, MSEE.
Dia benar-benar ahli satelit yang dipercaya oleh dunia maju. Suatu hari,
dua tahun lalu, Meiditomo liburan ke Jakarta. Dia memperkenalkan diri
kepada saya. Meiditomo mengatakan suatu saat nanti Indonesia harus bisa
meluncurkan satelitnya sendiri. Dia merasa mampu.
Meiditomo (adik kandung ahli nuklir kita Yudiutomo Imarjoko, Dirut PT
Batantek) juga sudah melakukan studi di pantai mana di Indonesia ini
yang terbaik untuk tempat peluncuran satelit.
Lokasi itu, kata Meiditomo "terbaik di dunia". Dia lantas menyebutkan
nama lokasi yang ternyata sudah pernah saya kunjungi. "Lurus langsung
menuju orbit," katanya. Kita punya lokasi peluncuran satelit yang
posisinya terbaik di dunia!
Kini ada satu tim ahli satelit bangsa sendiri yang pulang ke Indonesia. Mereka menjadi pegawai Bank BRI . BRIsat memang akan dikelola BRI sendiri. Bukan dikelola, misalnya, anak perusahaan.
"Kami ingin satelit ini tidak pernah dijual," kata Sofyan Basyir. "Kalau dimiliki anak perusahaan bisa-bisa nanti ujung-ujungnya dijual," tambahnya.
Saya dukung sepenuh-penuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar