pemenang bisa datang di kantor BRI untuk mengambil lansung kedaraanya. sekaligus menandatangani SURAT SERAH TERIMA HADIAH Untung Beliung Britama dan biaya kendaraan di tangung oleh pemenang / pajak undian dan pajak pemenang suda dibebaskan oleh Bank Rakyat Indonesia
Hadiah pemenang bisa di antarkan langsung ke alamat pemenang melalui Jasa Penerbangan, dengan menggunakan Pesawat Kargo BOEING 737 GX dari bandara Halim Perdana Kusuma menuju ke Bandara atau Lapangan Penerbangan yang terdekat di daerah pemenang setelah itu perjalanan dilanjutkan ke alamat pemenang.
Batas pengambilan Hadiah berlaku selama 2 hari. Apabila Pemenang tidak mengurus Hadiahnya sampai batas waktu yang ditentukan, maka Hadiah tersebut akan dialihkan kepada lembaga pelelangang negara.jadi pemenang di haruskang menpertangung jawabkan kewajiban ke pemilikan surat hakmilik kendaraan di samsat. sesuai uuk [kepemilikan kendaraan [danjuga melaporkan data identitasnya sebagai pemenang.
Supanya kepemilikan untuk kepemilikan kendaraan yang sah untuk di pergukan secara umum
Kuliah SAP
Kamis, 08 Mei 2014
Rabu, 07 Mei 2014
Patriotisme BRIsat di orbit luar angkasa 4
BRI (dan kita semua) sangat berterima kasih kepada Menkominfo Tifatul Sembiring.
Beliaulah yang berada di depan untuk berjuang mendapatkan kembali
kapling satelit itu. Tentu juga mendapat dukungan penuh Bapak Presiden SBY. Perjuangan satelit ini tidak kalah heroiknya dibanding dengan perjuangan mendapatkan Inalum tahun lalu.
Seandainya perjuangan "merebut" kembali kapling satelit ini tidak sulit, tidak perlu memakan waktu. Pembelian satelit itu pun sudah bisa dilakukan tahun lalu. Bukan menjelang pilpres begini.
Satelit itu nanti diberi nama BRIsat. Akan diluncurkan dari pulau kecil Guyana di pesisir Karibia, Amerika Selatan. Satelitnya sendiri dibuat di AS. Lalu diangkut ke Prancis. Dari Prancis dinaikkan kapal feri ke Guyana, memakan waktu lebih satu bulan. Tergantung cuaca dan gelombang laut.
Setelah diluncurkan dari Guyana, hanya dalam waktu 29 menit BRIsat sudah berada di ketinggian 35.000 km. Dari luar angkasa sana BRIsat bisa meng-cover wilayan seluruh Indonesia, Asia Tenggara, sampai Australia Barat.
Lokasi BRIsat adalah orbit terbaik. Di orbit ini mestinya hanya bisa diisi 360 satelit, karena mereka harus dideretkan di tiap derajat dari 360 derajat keliling bumi. Orbit ini jadi rebutan semua negara.
Saking banyaknya negara yang mengincarnya sampai-sampai kompromi harus dilakukan. Di lokasi yang mestinya diisi 360 satelit itu kini sudah diisi lebih dari 900 satelit! Alangkah padatnya. Alangkah berjejalnya. Betapa penuhnya orbit itu. Satelit dari seluruh dunia.
Itulah sebabnya apa yang dilakukan BRI ini sungguh heroik! Terlambat sedikit lokasi itu bisa jatuh ke negara lain.
Dengan langkah ini pula BRI bisa menarik pulang ahli-ahli satelit kita yang selama ini bekerja di luar negeri. Anak-anak bangsa itu dulunya disekolahkan Pak Habibie ke luar negeri. Lalu tidak pulang karena kondisi ekonomi kita yang terpuruk.
Salah satu di antara mereka adalah Dr Ir Meiditomo Sutyarjoko, MSEE. Dia benar-benar ahli satelit yang dipercaya oleh dunia maju. Suatu hari, dua tahun lalu, Meiditomo liburan ke Jakarta. Dia memperkenalkan diri kepada saya. Meiditomo mengatakan suatu saat nanti Indonesia harus bisa meluncurkan satelitnya sendiri. Dia merasa mampu.
Meiditomo (adik kandung ahli nuklir kita Yudiutomo Imarjoko, Dirut PT Batantek) juga sudah melakukan studi di pantai mana di Indonesia ini yang terbaik untuk tempat peluncuran satelit.
Lokasi itu, kata Meiditomo "terbaik di dunia". Dia lantas menyebutkan nama lokasi yang ternyata sudah pernah saya kunjungi. "Lurus langsung menuju orbit," katanya. Kita punya lokasi peluncuran satelit yang posisinya terbaik di dunia!
Kini ada satu tim ahli satelit bangsa sendiri yang pulang ke Indonesia. Mereka menjadi pegawai Bank BRI . BRIsat memang akan dikelola BRI sendiri. Bukan dikelola, misalnya, anak perusahaan.
"Kami ingin satelit ini tidak pernah dijual," kata Sofyan Basyir. "Kalau dimiliki anak perusahaan bisa-bisa nanti ujung-ujungnya dijual," tambahnya.
Saya dukung sepenuh-penuhnya.
Seandainya perjuangan "merebut" kembali kapling satelit ini tidak sulit, tidak perlu memakan waktu. Pembelian satelit itu pun sudah bisa dilakukan tahun lalu. Bukan menjelang pilpres begini.
Satelit itu nanti diberi nama BRIsat. Akan diluncurkan dari pulau kecil Guyana di pesisir Karibia, Amerika Selatan. Satelitnya sendiri dibuat di AS. Lalu diangkut ke Prancis. Dari Prancis dinaikkan kapal feri ke Guyana, memakan waktu lebih satu bulan. Tergantung cuaca dan gelombang laut.
Setelah diluncurkan dari Guyana, hanya dalam waktu 29 menit BRIsat sudah berada di ketinggian 35.000 km. Dari luar angkasa sana BRIsat bisa meng-cover wilayan seluruh Indonesia, Asia Tenggara, sampai Australia Barat.
Lokasi BRIsat adalah orbit terbaik. Di orbit ini mestinya hanya bisa diisi 360 satelit, karena mereka harus dideretkan di tiap derajat dari 360 derajat keliling bumi. Orbit ini jadi rebutan semua negara.
Saking banyaknya negara yang mengincarnya sampai-sampai kompromi harus dilakukan. Di lokasi yang mestinya diisi 360 satelit itu kini sudah diisi lebih dari 900 satelit! Alangkah padatnya. Alangkah berjejalnya. Betapa penuhnya orbit itu. Satelit dari seluruh dunia.
Itulah sebabnya apa yang dilakukan BRI ini sungguh heroik! Terlambat sedikit lokasi itu bisa jatuh ke negara lain.
Dengan langkah ini pula BRI bisa menarik pulang ahli-ahli satelit kita yang selama ini bekerja di luar negeri. Anak-anak bangsa itu dulunya disekolahkan Pak Habibie ke luar negeri. Lalu tidak pulang karena kondisi ekonomi kita yang terpuruk.
Salah satu di antara mereka adalah Dr Ir Meiditomo Sutyarjoko, MSEE. Dia benar-benar ahli satelit yang dipercaya oleh dunia maju. Suatu hari, dua tahun lalu, Meiditomo liburan ke Jakarta. Dia memperkenalkan diri kepada saya. Meiditomo mengatakan suatu saat nanti Indonesia harus bisa meluncurkan satelitnya sendiri. Dia merasa mampu.
Meiditomo (adik kandung ahli nuklir kita Yudiutomo Imarjoko, Dirut PT Batantek) juga sudah melakukan studi di pantai mana di Indonesia ini yang terbaik untuk tempat peluncuran satelit.
Lokasi itu, kata Meiditomo "terbaik di dunia". Dia lantas menyebutkan nama lokasi yang ternyata sudah pernah saya kunjungi. "Lurus langsung menuju orbit," katanya. Kita punya lokasi peluncuran satelit yang posisinya terbaik di dunia!
Kini ada satu tim ahli satelit bangsa sendiri yang pulang ke Indonesia. Mereka menjadi pegawai Bank BRI . BRIsat memang akan dikelola BRI sendiri. Bukan dikelola, misalnya, anak perusahaan.
"Kami ingin satelit ini tidak pernah dijual," kata Sofyan Basyir. "Kalau dimiliki anak perusahaan bisa-bisa nanti ujung-ujungnya dijual," tambahnya.
Saya dukung sepenuh-penuhnya.
Selasa, 06 Mei 2014
Patriotisme BRIsat di orbit luar angkasa 3
Tapi mengapa dilakukan sekarang? Ketika dekat pilpres? Pertanyaan ini
sama sekali tidak relevan. Sebuah korporasi harus tetap bergerak di
saat apa pun. Sebelum pilpres atau sesudah pilpres. Korporasi bukan
institusi politik dengan siklus politiknya.
Bila kita melakukan sesuatu di hari Senin, akan ditanya mengapa tidak Selasa. Dilakukan Selasa pun pasti akan ditanya mengapa tidak Rabu! Tidak akan ada habis-habisnya.
Saya ingin terus mendorong BRI maju. Mumpung momentumnya tepat. Kadang momentum muncul hanya sekali. Kalau tidak dimanfaatkan bisa lewat begitu saja.
Apalagi pembelian satelit oleh BRI ini mengandung unsur patriotisme dan kebanggaan nasional yang tinggi. Ini bukan pidato tentang patriotisme. Ini langkah nyata.
Kapling orbit satelit ini dulunya milik Indonesia. Jelasnya milik Indosat. Namun ketika Indosat dijual tahun 2002, satelit tersebut ikut terjual. Kapling satelit itulah yang kini "direbut" kembali oleh BRI .
Tidak gampang. Sulit. Sangat sulit. Saya bersyukur usaha yang ruwet itu akhirnya berhasil.
Bila kita melakukan sesuatu di hari Senin, akan ditanya mengapa tidak Selasa. Dilakukan Selasa pun pasti akan ditanya mengapa tidak Rabu! Tidak akan ada habis-habisnya.
Saya ingin terus mendorong BRI maju. Mumpung momentumnya tepat. Kadang momentum muncul hanya sekali. Kalau tidak dimanfaatkan bisa lewat begitu saja.
Apalagi pembelian satelit oleh BRI ini mengandung unsur patriotisme dan kebanggaan nasional yang tinggi. Ini bukan pidato tentang patriotisme. Ini langkah nyata.
Kapling orbit satelit ini dulunya milik Indonesia. Jelasnya milik Indosat. Namun ketika Indosat dijual tahun 2002, satelit tersebut ikut terjual. Kapling satelit itulah yang kini "direbut" kembali oleh BRI .
Tidak gampang. Sulit. Sangat sulit. Saya bersyukur usaha yang ruwet itu akhirnya berhasil.
Senin, 05 Mei 2014
Patriotisme BRIsat di orbit luar angkasa 2
Meski BRI sudah menjadi bank yang sangat besar, harus terus berkembang. Besar untuk ukuran Indonesia belum besar untuk ukuran dunia. BRI
sudah menjadi micro banking terbesar di dunia. Sistemnya harus
benar-benar kuat. Sistem teknologi informasinya harus benar-benar
modern.
Masih ada lagi. "Kalau harga satelit itu mahal, juga tidak perlu," kata Sofyan Basyir. Bagi BRI , dengan laba tahun lalu Rp 21,5 triliun, pengadaan satelit ini berada dalam jangkauan kemampuannya. Apalagi pengeluaran rutin untuk komunikasinya sudah mencapai Rp 500 miliar setahun.
"Kalau punya satelit sendiri pengeluaran itu bisa turun menjadi kurang dari Rp 250 miliar setahun. Ada penghematan Rp 250 miliar setahun," ujar Sofyan.
Saya memang menyetujui langkah besar BRI ini. Dengan demikian BRI bisa memberikan pelayanan lebik baik. Bahkan bisa leluasa membuka jaringan di pulau sejauh apa pun dan seterpencil apa pun. Pulau-pulau yang jauh itu tidak lagi jauh secara sistem. Semuanya bisa dikontrol secara tersentral dan real time.
Masih ada lagi. "Kalau harga satelit itu mahal, juga tidak perlu," kata Sofyan Basyir. Bagi BRI , dengan laba tahun lalu Rp 21,5 triliun, pengadaan satelit ini berada dalam jangkauan kemampuannya. Apalagi pengeluaran rutin untuk komunikasinya sudah mencapai Rp 500 miliar setahun.
"Kalau punya satelit sendiri pengeluaran itu bisa turun menjadi kurang dari Rp 250 miliar setahun. Ada penghematan Rp 250 miliar setahun," ujar Sofyan.
Saya memang menyetujui langkah besar BRI ini. Dengan demikian BRI bisa memberikan pelayanan lebik baik. Bahkan bisa leluasa membuka jaringan di pulau sejauh apa pun dan seterpencil apa pun. Pulau-pulau yang jauh itu tidak lagi jauh secara sistem. Semuanya bisa dikontrol secara tersentral dan real time.
Minggu, 04 Mei 2014
Patriotisme BRIsat di orbit luar angkasa 1
Dari Tual terbang ke Bali. Dulu jual sekarang beli. Itulah pantun
yang tiba-tiba diucapkan seorang tokoh saat berada di dalam lift kantor
pusat Bank Rakyat Indonesia ( BRI ).
Hari itu Direktur Utama BRI , Sofyan Basyir, menandatangani kontrak pembelian satelit dari perusahaan Amerika Serikat Space System/Loral, LLC. Satelit itu akan diluncurkan oleh perusahaan Prancis, Arianespace.
Presiden SBY hadir di acara itu meski tidak memberi pidato sambutan. Saya dan Menkominfo Tifatul Sembiring mendampingi beliau. Banyak pertanyaan wartawan setelah itu: Perlukah BRI beli satelit sendiri? Mengapa dilakukan sekarang ketika mau pilpres?
Saya sudah biasa menerima pertanyaan yang menyelidik seperti itu. Jadi jawabannya pun juga sudah di luar kepala.
Yang paling tahu perlu beli satelit sendiri atau tidak tentu manajemen BRI sendiri. "Kalau Indonesia itu seperti Tiongkok atau India, memang tidak perlu," jawab Sofyan Basyir, Dirut BRI . Dua negara itu berupa daratan (mainland). Komunikasinya bisa lewat kabel.
Tapi Indonesia ini berpulau-pulau, jarak dari barat sampai ke timurnya 5.200 km. Jaringan BRI menyebar ke seluruh pelosok dan ke seluruh pulau.
"Kalau BRI sudah puas seperti ini, juga tidak perlu satelit," tambahnya.
Hari itu Direktur Utama BRI , Sofyan Basyir, menandatangani kontrak pembelian satelit dari perusahaan Amerika Serikat Space System/Loral, LLC. Satelit itu akan diluncurkan oleh perusahaan Prancis, Arianespace.
Presiden SBY hadir di acara itu meski tidak memberi pidato sambutan. Saya dan Menkominfo Tifatul Sembiring mendampingi beliau. Banyak pertanyaan wartawan setelah itu: Perlukah BRI beli satelit sendiri? Mengapa dilakukan sekarang ketika mau pilpres?
Saya sudah biasa menerima pertanyaan yang menyelidik seperti itu. Jadi jawabannya pun juga sudah di luar kepala.
Yang paling tahu perlu beli satelit sendiri atau tidak tentu manajemen BRI sendiri. "Kalau Indonesia itu seperti Tiongkok atau India, memang tidak perlu," jawab Sofyan Basyir, Dirut BRI . Dua negara itu berupa daratan (mainland). Komunikasinya bisa lewat kabel.
Tapi Indonesia ini berpulau-pulau, jarak dari barat sampai ke timurnya 5.200 km. Jaringan BRI menyebar ke seluruh pelosok dan ke seluruh pulau.
"Kalau BRI sudah puas seperti ini, juga tidak perlu satelit," tambahnya.
Sabtu, 03 Mei 2014
BPS berniat pakai satelit BRI buat sensus pertanian
Badan Pusat Statistik (BPS)
mengapresiasi aksi korporasi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, membeli
satelit milik sendiri. Seandainya diizinkan untuk dipakai buat
kepentingan selain layanan perbankan, otoritas statistik ingin meminjam
wahana antariksa itu.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, satelit tersebut akan bermanfaat untuk memverifikasi luas lahan di Indonesia.
"Bisa digunakan untuk sensus pertanian, untuk memotret luas lahan, dan lainnya," ujarnya selepas rapat di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (29/4).
Tapi niatan itu baru sebatas wacana. Suryamin mengaku belum menjajaki kemungkinan tersebut dengan BRI. "Belum ada kerja sama atau pembicaraan apapun," cetusnya.
BPS menilai komunikasi awal dengan bank BUMN itu akan segera dilakukan. Sebab, pemanfaatan satelit, dengan didukung otoritas teknologi terkait, sangat mendukung beberapa penyediaan data statistik strategis.
"Nanti kita bicarakan karena bisa mengembangkan luas lahan secara elektronik seperti apa oleh BPPT dan Ristek," kata Suryamin.
Kemarin, Senin (28/4), BRI resmi melakukan penandatanganan kerja sama satelit yang dilakukan oleh Direktur Utama BRI Sofyan Basyir dengan Senior Vice President Space Systems/Loral Amerika Serikat David Bernstein dan Senior Vice President Arianespace Prancis Jacques Breton.
Untuk membeli satelit, bank pelat merah merogoh kocek Rp 2,5 triliun. BRI sudah membuka kesempatan bagi pihak lain memanfaatkan satelit itu. Alat ini akan memiliki 45 transponder. Yang akan digunakan BRI untuk keperluan operasional perbankan adalah sebanyak 22-23 transponder.
Sedangkan 4 transponder akan diberikan kepada pemerintah Indonesia untuk keperluan pemerintahan, seperti sensus data kependudukan, data pertanian dan lainnya. Sedangkan, sisanya bisa dipergunakan untuk keperluan lain.
Seperti yang telah diketahui, selain industri telekomunikasi, perbankan juga menggunakan jasa satelit untuk transfer informasi dan data. Selain itu, transaksi yang dilakukan melalui ATM, kartu kredit dan debit juga menggunakan jasa satelit.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, satelit tersebut akan bermanfaat untuk memverifikasi luas lahan di Indonesia.
"Bisa digunakan untuk sensus pertanian, untuk memotret luas lahan, dan lainnya," ujarnya selepas rapat di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (29/4).
Tapi niatan itu baru sebatas wacana. Suryamin mengaku belum menjajaki kemungkinan tersebut dengan BRI. "Belum ada kerja sama atau pembicaraan apapun," cetusnya.
BPS menilai komunikasi awal dengan bank BUMN itu akan segera dilakukan. Sebab, pemanfaatan satelit, dengan didukung otoritas teknologi terkait, sangat mendukung beberapa penyediaan data statistik strategis.
"Nanti kita bicarakan karena bisa mengembangkan luas lahan secara elektronik seperti apa oleh BPPT dan Ristek," kata Suryamin.
Kemarin, Senin (28/4), BRI resmi melakukan penandatanganan kerja sama satelit yang dilakukan oleh Direktur Utama BRI Sofyan Basyir dengan Senior Vice President Space Systems/Loral Amerika Serikat David Bernstein dan Senior Vice President Arianespace Prancis Jacques Breton.
Untuk membeli satelit, bank pelat merah merogoh kocek Rp 2,5 triliun. BRI sudah membuka kesempatan bagi pihak lain memanfaatkan satelit itu. Alat ini akan memiliki 45 transponder. Yang akan digunakan BRI untuk keperluan operasional perbankan adalah sebanyak 22-23 transponder.
Sedangkan 4 transponder akan diberikan kepada pemerintah Indonesia untuk keperluan pemerintahan, seperti sensus data kependudukan, data pertanian dan lainnya. Sedangkan, sisanya bisa dipergunakan untuk keperluan lain.
Seperti yang telah diketahui, selain industri telekomunikasi, perbankan juga menggunakan jasa satelit untuk transfer informasi dan data. Selain itu, transaksi yang dilakukan melalui ATM, kartu kredit dan debit juga menggunakan jasa satelit.
Jumat, 02 Mei 2014
Log In Internet Banking
Untuk
Login anda harus memasukan user ID yang terdapat pada struk ketika anda mendaftar
di Mesin ATM Bank BRI.
Catatan : Untuk bisa transaksi keuangan, Ubah Password & Ubah Alamat Email, Anda harus segera melakukan pendaftaran mTOKEN dengan membawa nomor handphone Anda di cabang BRI terdekat.
Catatan : Untuk bisa transaksi keuangan, Ubah Password & Ubah Alamat Email, Anda harus segera melakukan pendaftaran mTOKEN dengan membawa nomor handphone Anda di cabang BRI terdekat.
Langganan:
Postingan (Atom)